Judul : "Nenek moyangku seorang pelaut... gemar mengarung luas samudera...
link : "Nenek moyangku seorang pelaut... gemar mengarung luas samudera...
"Nenek moyangku seorang pelaut... gemar mengarung luas samudera...
JALESVEVA JAYAMAHE
Ingatkah anda dengan lagu tersebut? Sebuah lagu dengan lirik bersejarah dan tak terlupakan.
"Nenek moyangku seorang pelaut." Lirik ini membawa kita untuk kembali ke masa lampau, masa dimana nenek moyang kita membawa kejayaan bahari Indonesia.
Bendera penanda kejayaan bahari berkibar lebar pada zaman kerajaan Sriwijaya. Orang-orang pada zaman itu dengan semangat membara meningkatkan kualitas maritim. Kecintaan pada navigasi dan bisnis menjadi tonggak kejayaan bahari Indonesia.
"Budaya bahari dari masa sejarah kerajaan-kerajaan masa lalu telah melukiskan dan menyatukan Nusantara," tutur Mulyono Hartono, bagian Edukasi dan Pameran Museum Bahari, Jakarta Utara.
"Nenek moyangku seorang pelaut." Lirik ini membawa kita untuk kembali ke masa lampau, masa dimana nenek moyang kita membawa kejayaan bahari Indonesia.
Bendera penanda kejayaan bahari berkibar lebar pada zaman kerajaan Sriwijaya. Orang-orang pada zaman itu dengan semangat membara meningkatkan kualitas maritim. Kecintaan pada navigasi dan bisnis menjadi tonggak kejayaan bahari Indonesia.
"Budaya bahari dari masa sejarah kerajaan-kerajaan masa lalu telah melukiskan dan menyatukan Nusantara," tutur Mulyono Hartono, bagian Edukasi dan Pameran Museum Bahari, Jakarta Utara.
BOROBUDUR BERSAKSI
Mulyono tak hanya berkomentar semata. Cadik Borobudur sebagai saksinya. Sebuah miniatur perahu layar yang berfungsi sebagai perahu niaga telah diukir manis nan megah pada relief Candi Borobudur. Kemegahannya menunjukkan kejayaan yang diraih kerajaan Sriwijaya pada abad ke-8.
Kapal kayu ini dibuat berdasarkan relief kapal yang terukir pada relief Candi Borobudur, tedapat di museum kapal Samudraraksa terletak di kompleks Candi Borobudur, Jawa Tengah.
Kapal layar pada relief candi Borobudur.
Memasuki abad ke-8 awal, kapal Borobudur digeser Jung besar Jawa/ kapal Jawa raksaksa.
KERAJAAN BIMA BERJAYA
Bandar Bima, Nusa Tenggara Barat sempat pula mengalami kejayaan bahari pada abad ke-17 hingga abad ke-19. Kerajaan Bima meninggalkan undang-undang Bandar Bima yang mengatur tentang pemerintahan, pertanian hingga pelayaran pada zaman itu sebagai ingatan akan kejayaannya.
AB Lapian dalam bukunya yang berjudul "Pelayaran dan Perniagaan Nusantara" menuliskan bahwa sejak dahulu laut dianggap sebagai pemersatu pulau bukan pemisah. Kini pernyataan itu menjadi sebuah tantangan untuk kembali menyatukan belasan ribu pulau yang ada di Indonesia. Sjarief Hidayat pada saat menjadi Sekretaris Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan mengatakan bahwa "Indonesia sering lengah mengawasi kekayaan lautnya sehingga kerap dimanfaatkan negara tetangga."
Terlebih ketika kolonialisme menginjak Indonesia, tidak bisa dipungkiri bahwa maritim menjadi terabaikan dan berganti menjadi agraris. Negara kepulauan terbesar ini membawa serpihan-serpihan kejayaan masa lampau yang harus disatukan lagi menjadi Nusantara berjaya. Jalesveva Jayamahe - Di Lautan Kita Jaya
Armada maritim TNI-AL merapat di dermaga kepulauan Anambas, Kepulauan Riau.
Sumber : Majalah Indonesia Travel Signature
Dunia Rekreasi |
Demikianlah Artikel "Nenek moyangku seorang pelaut... gemar mengarung luas samudera...
Sekianlah artikel "Nenek moyangku seorang pelaut... gemar mengarung luas samudera... kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel "Nenek moyangku seorang pelaut... gemar mengarung luas samudera... dengan alamat link https://beningindah.blogspot.com/2016/06/moyangku-seorang-pelaut-gemar-mengarung.html
0 Response to ""Nenek moyangku seorang pelaut... gemar mengarung luas samudera... "
Posting Komentar